Arsitektur selalu dikaitkan dengan rumah dan bangunan. Karenanya orang awam mengenal istilah arsitektur selalu terkait dengan pembuatan bangunan atau gedung. Pandangan tersebut memang tidak salah. Karena menurut bahasanya arsitektur berasal dari bahasa Latin architectus, dan dari bahasa Yunani: architekton (master pembangun), arkhi (ketua) +tekton (pembangun, tukang kayu). Hanya saja arsitektur sebenarnya lebih luas dari itu. Setidaknya hal tersebut dapat ditemukan dalam definisi menurut kamus berikut ini.
Arsitektur menurut kamus.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna arsitektur adalah : 1
seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb; 2
metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.
Menurut
Wikipedia, arsitektur adalah
seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Jadi, arsitektur menurut kedua definisi di atas selalu dikaitkan dengan dunia seni. Nah, karena berkaitan erat dengan seni maka semua kembali kepada manusianya, kembali kepada si arsitek nya. Itulah yang membedakan antara satu arsitek dengan arsitek lainnya. Meskipun kuliahnya sama, ilmunya sama tetapi hasilnya boleh jadi berbeda satu sama lain.
Selain itu, dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa arsitektur juga termasuk di dalamnya bicara soal konstruksi dan kekuatan bangunan.
Itulah definisi arsitektur menurut kamus. Sebenarnya ada lagi definisi lain menurut tokoh. Dalam mendefinisikan arsitektur ada beberapa tokoh yang sering di sebut-sebut namanya sebagai rujukan. Sebut saja di antaranya adalah Marcus Pollio Vitruvius (1486), Banhart CL. Dan Jess Stein, Van Romondt, Robert Gutman (1976), Claudil (1979), Francis DK Ching (1979), Amos Rappoport (1981), dan JB. Mangunwijaya (1992).
Mari kita simak satu per satu apa yang mereka katakan tentang arsitektur.
Arsitektur menurut tokoh.
Marcus Pollio Vitruvius (1486) mendefinisikan arsitektur sebagai kesatuan dari kekuatan/kekokohan
(firmitas), keindahan
(venustas), dan kegunaan/fungsi
(utilitas).
Sedangkan menurut Banhart CL. Dan Jess Stein, arsitektur adalah seni dalam mendirikan bangunan termasuk didalamnya segi perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian dekorasinya; sifat atau bentuk bangunan; proses membangun; bangunan dan kumpulan bangunan.
Dari dua tokoh ini, definisi arsitektur masih terkait dengan seni dan konstruksi/kekuatan bangunan. Jadi, hampir sama dengan definisi menurut kamus di atas.
Menurut tokoh lainnya, arsitektur juga terkait dengan budaya, psikologi manusia, dan juga emosi. Itulah yang dikemukan oleh Claudil (1979). Menurutnya, arsitektur adalah sesuatu yang bersifat personal, menyenangkan dan memerlukan pengalaman. Arsitektur adalah hasil persepsi dan penghargaan manusia terhadap ruang dan bentuk. Ada tiga pengalaman arsitektur: aspek fisikal, emosional dan kebutuhan intelektual.
Senada dengan itu Van Romondt juga mengaitkan arsitektur dengan manusia sebagai subjek utama. Bahkan dia mengaitkannya dengan kebahagiaan. Menurutnya, arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia. Ruang berarti menunjuk pada semua ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia atau juga ruang yang terjadi karena proses alam seperti gua, naungan pohon dan lain-lain.
Robert Gutman (1976) juga mengatakan hal yang sama bahwa arsitektur sesungguhnya merupakan kulit ketiga manusia. Arsitektur merupakan lingkungan buatan yang bukan saja menjembatani antara manusia dengan lingkungan melainkan sekaligus merupakan wahana ekspresi kultural untuk menata kehidupan jasmaniah,psikologis dan sosial manusia.
Francis DK Ching (1979) mengatakan Arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi.
Amos Rappoport (1981) berkata bahwa arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan sosial dan budaya masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur.
JB. Mangunwijaya (1992) mendefiniskan Arsitektur sebagai vastuvidya (wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung pula tata bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana).